Teroesir (Cerpen Karya Siswa NBS)
Di sebuah alam yang
berbeda, hiduplah sebuah roh manusia yang berbincang pada Tuhannya, “Sang
Pencipta”. Sang pencipta berkata “ Wahai engkau ciptaanku, aku akan mengirimmu
ke suatu tempat yang jauh berbeda dari singgasanamu ini. Sang hamba menjawab “
Kenapa demikian? Kenapa aku harus pergi, sedangkan akau lebih suka disini,
lebih nyama disini bersama-Mu”. Tuhan kembali berkata “ Kau tak seharusnya
terus tinggal disini dan kau harus ketempat itu dan yakinlah kau akan suka
disana”. Sang hamba: Lantas dengan siapa aku di sana, pada siapa aku harus
meminta dan mengadu saat aku ada di sana. Dan kalaupun ada terus kupanggil, apa
dia Ya Tuhanku?” Tuhan menjawab “ Sesungguhnya aku telah mengirimmu pada satu
tempat yang mana kamu akan dijaga oleh seorang malaikat. Pada tempat itu yang
bisa kau panggil “rumah” dan malaikat pernjaganya kau panggil dengan “Ibu”
17 Juli 1999.
Hembusan nafas pertamaku, seorang anak laki-laki dimuka bumi ini yang lahir
disebuah keluarga yang Sakinah, Mawadah, dan Warohmah. Aku diasih dan dikasihi
sepanjang hari. Dia merawatku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tak terasa 6
tahun berlalau. Kami lalui segala rintangan, cobaan yang ada dengan seyuman dan
cinta kasih bersama Tuhan. Suatu hari, ada sebuah peristiwa yang sangat mebuat
aku shok, peristiwa yang mengambil sesosok orang yang paling aku sayangi, yang
aku cintai dan orang itu kusebut sebagai malaikatku yaitu Ibuku. Ibuku tewas
dalam perjalanan pulang dari acara temanya dalam suatu kecelakaan. Sungguh tak
kuasa apa yang kurasa. Perasaanku menjadi amburadul terpancar dan tercampur
jadi satu bahkan, peristiwa ini menjadi
awal dari kekalahan hidupku.
Setelah Ibu pergi,
kami hanya tinggal berdua dengan Ayah. Aku bersekolah seperti anak yang lainnya
tapi hidupku berbeda dengan mereka. Sejak Ibu pergi ,cinta kasih yang dulu aku
damba-dambakan telah tiada, kadang kala hal ini membuatku meneteskan air mata.
Siapa yang tidak tahan, coba? Ketika anak lain diantar oleh kedua orangtuanya
ke sekolah dan saat berpisah dikecup keningnya sedangkan aku datang ke sekolah
hanya seorang diri tanpa kecukupan dan uang jajan. Ku berjalan berkilo-kilo
seorang diri kedang kuberangkat subuh datang jam 8 pulang siang sampai sore,
dan yang paling menyakitkan pada saat aku melihat seorang Ibu membelikan ice
cream pada anaknya. Aku menangis sebab teringat Ibu waktu kami bersama,
akupun berdoa “ Tuhan, akaknkah dia masih bisa kembali padaku dan bersamaku
lagi”.
5 bulan berlalu,kehidupanku masih saja begitu. Masih haus kan cinta kasih seorang Ayah dan Ibu. Suatu hari, ayah menikah lagi tanpa sepengetahuanku dan membawa istri barunya keruma kecil kami. Awalnya aku berpikir bahwa ini akan jauh lebih baik dengan kehadiran sesosok wanita pengganti Ibu. Tapi alam berkata lain, surga yang aku nanatikan berubah menjadi neraka. Ayah makin berubah dan mulai kasar kepadaku.
7 Juli 2010
merupakan awal aku berlajar di Sekolah Mengah Pertama. Di SMP aku tak punya
teman satu pun karena mereka pikir aku adalah orang bodoh, miskin, yatim dan
lain-lain. Tapi, aku tak peduli sebab aku yakin pada Tuhan bahwa Ia tidak
menciptakan hambanya tanpa tujuan. Jadi, kujalani saja dengan santai “ Just Fun
and Enjoy”. Suatu hari salah seorang anak merayakan ulang tahunnya dan sempat membuat
aku berpikir “ Kenapa Ulang Tahunku tidak pernah dirayakan”.
Sepulang dari sekolah
aku pun bertanya pada ayah “Ayah, boleh tidak aku merayakan ulang tahunku? Aku
tak pernah merayakan ulang tahun walau sekali pun”. Tapi, respon Ayah berbeda.
Ayah berkata “ anak sialan, tidak tahu diuntung, malah minta ini itu, kerja
saja tidak becus mau minta yang aneh-aneh”. Dan kujawab “ tapi ayah”. Ayah
berkata lagi, “kamu itu bikin susah orang tua saja”. Dan Ibu pun berkata “ Iya,
lebih baik kamu pergi saja. Keluar kamu dari sini, dasar anak sialan!”
Gila, aku diusir
dari rumah sendiri dan oleh Orang Tua sendiri, betapa perih yang kurasa. Akapun
pergi dengan membawa tas yang berisikan pakaian dan tak tahu harus kemana? Aku
hanya bisa berdo`a agar seorang membantuku. Tak lama kemudian, akupun dipungut
oleh seorang nenek dan memasukkanku di sebuah pantai asuhan. Aku sangat
bersyukur akan hal itu.
Mulai hari ini, aku
berjuang sendirian dan tak butuh belas kasihan juga tak butuh ulur tangan orang
lain sebab aku percaya pada Tuhanku yaitu Allah SWT. Tuhan pasti tahu yang
terbaik untukku. Ibu, setiap saat aku mendoakanmu, agar engkau diterima disisi
orang – orang yang beriman, disisi Tuhan di Surga-Mu Ya Allah.
Mungkin hari ini aku
gagal, tapi besok aku akan mencoba lagi. Hari ini aku terjatuh, esok aku akan
bangkit kembali. Hari ini aku rubuh, namaun esok aku akan bertahan karena aku
selalau ingat bahwa “ MASIH ADA TUHAN” (Kurniansyah)
Tidak ada komentar
Posting Komentar